Senin, 20 April 2020 0 komentar

keluarga ???

Sudah cukup lama dari pertemuan kami di tahun 2014 lalu dan hampir tak pernah menggoreskan pena untuk menceritakan kehidupan yang sudah banyak terlalui. dari pandangan, pertemuan kami hingga akhirnya ke kami memutuskan melewati sebuah jembatan ke pernikahan membentuk sebuah keluarga yang menurut kami akan membawa kebahagiaan untuk semua keluarga. di tahun-tahun awal 2015 pernikahan perdana ternyata sudah banyak kerikil tajam dan batu sandungan, mungkin itu hal lumrah, karna semua pasti akan menghadapinya.

masalah yag hadir mungkin seperti dikalangan umunya yang terjadi pada seluruh pasangan yang baru berkeluarga. Rasanya cukup menyakitkan saat kita di fitnah melakukan hal yang tidak sopan kepada keluarga padahal bukan kami sepasang suami istri tak pernah mengurangi rasa sopan kami terhadap keluarga. munculnya perselisihan modernisme dan gaya tradisional yang di pegang teguh oleh keluarga. terlebih lagi saat istri mengandung beberapa kejadian membuat emosi memuncak sehingga membuat dia beberapa kali jatuh pingsan. perpecahan atap pun terjadi, kami menahan amarah dan menelan kata sabar di dalam benak kami. 

Sampai anak perempuan pertama kami lahir 2016 dengan theknik secar, masih sajah dipeributkan. apa yang salah dengan secar? dengan menyindirkan tombak menusuk ke hati, yang masih ku tahan. hinaan kepada istri qu di hadapan ku, emosi tertahan oleh genggaman tangan istri qu. di hari pertama setelah kembali dari RS, kami hampir tak bisa menimang putri kami, saat pertama kali mendengar tangisannya hak kami di rampas dalam sehari dalam semalam. " Begitu teganya kalian kepada kami? dimana salah kami?"

hingga akhirnya emosi ini sudah tak sabar ingin meluap, mengahancurkan segalanya. Pecah lah sudah Atap keluarga yang di bangun oleh Orang tua ku dengan amarah dari hati ini. tak perduli lagi apa yang terjadi, kemana tujuan urusan nanti, hati ini ingin terlepas sepenuhnya dari hinaan dan tudingan bertubi - tubi. kami pergi meninggalkan kaca-kaca yang sudah ku pecahkan di rumah itu.

Kami terdiam dan hampir tak pernah ada mengabari sampai istri mengandung anak perempuan kedua kami 2018. menginjak usia kandungannya ke 4 bulan awal january, tersadar bahwa hati ini terlalu terselimuti gelap. Terketuk hati saat melihat kulit mereka yang semakin menciut, uban semakin merata, itu pun karena sudah tidak ada kompor di rumah itu. kembali menginjakan kakikami dan memohon maaf atas emosi kami, saling menjelaskan dan mengapa emosi ini terluap. 

Meskipun seseringkali masih kecewa, masih ada duri-duri di hati yang masih kami cabuti satu persatu, kami obati perlahan-lahan.namun tak tega hati ini, melihat cahay harapan di rumah itu semakin memudar. Kami kembali, berusaha membangun dan menyusun kembali pecahan kaca - kaca itu.


 
;